KAU DAN AKU TAK BERBEDA
Mentari sedang terik-teriknya ketika seorang wanita
berkerudung hijau itu berjalan disekitar jalan menuju salah satu Universitas.
Ia sesekali menghela nafas akibat berjalan sangat jauh. “brughh..” terjadi
sebuah insiden kecil yang menimpanya. “Maaf aku tidak sengaja”, namun pemuda
itu langsung pergi tanpa sepatah kata pun.Sesampainya di kampus terdengar suara
teman gadis itu memanggil. “ Bunga.. sini”, “ Hai Ai, sedang apa di sini?”
tanya Bunga. “ Aku sedang sarapan pagi nih, hey tahu tidak salah satu teman
kita yang bernama Rifki, ternyata ia kemarin di tangkap polisi?”. “Kenapa”
tanya Bunga kepada Ai yang dijawab dengan santai oleh temannya itu,” Ia
membunuh orang tuanya karena masalah ekonomi”. “Inalilahiwainailaihiroziun,
tega sekali” kata Bunga. “ Ya begitulah pemuda sekarang”.
Percakapan tempo lalu masih diingat oleh Bunga. Hari
ini adalah hari dimana Bunga harus pegi ke mesjid untuk mendengarkan siraman
rohani (ceramah) yang diselenggarakan setiap hari minggu. Tiba-tiba Bunga
melihat orang yang pernah ia tabrak sebelumnya, masuk ke mesjid yang sama
tempat ia mendengarkan ceramah. Wajahnya seketika pucat, Bunga heran apakah
pemuda itu hanya sekedar lewat atau memang beragama islam. “Subhanallah... ternyata
pemuda itu beragama Islam, ku kira bukan padahal tidak terlihat seperti itu.
Tapi bila dipikirkan kembali orang Islam sendiri banyak yang hanya Islam KTP
saja. “Bahkan aku sendiri belum tentu taat beribadah”. Gumam Bunga.
Hari semakin sore tapi hujan belum reda hingga saat
ini. Bunga pun hanya bisa menatap ribuan butir air hujan yang jatuh ke
genggaman tangannya. “ Apa aku lari saja?” katanya. Tanpa disadari Azan Magrib
berkumandang, “ Maaf ade, kenapa tidak menunggu di dalam? Lagi pula sudah
waktunya salat Magrib, lebih baik salat berjamaah terlebih dahulu!”. Bunga pun
mengikuti saran dari Bapak Ustaz. Setelah selesai salat Bunga melihat pemuda
itu yang menjadi imam pada hari itu. kekagumannya pun bertambah, tapi rasa
penasaran di hati bunga sangatlah besar.
Keesokan harinya bunga melihat Rifki ada di kampus
ia menjadi pribadi yang kasar tidak seperti dulu yang baik dan taat beribadah.
Entah apa yang membuat dirinya jadi berubah. “ Bunga kata ibumu kemarin pulang
terlambat?” tanya Ai. “ Iya, itu karena.....”, belum beres percakapan Bunga
dengan Ai, lalu ada seorang murid baru yang wajahnya asing bagi mereka, tetapi
Bunga pernah melihatnya. “Eh” pena yang tengah dipegang Bunga terlepas. Bunga
menatap pemuda itu lekat, perlahan pemuda itu duduk di bangku paling belakang.
“Tadi...” Bunga tampak ragu melanjutkan kalimatnya. “Tadi apa Bunga?” tanya Ai
yang heran melihat temannya. “Ah ... tidak apa-apa” kata Bunga sambil tertawa
hambar sembari mangerutkan alis dan meletakkan telunjuk di pelipisnya.
Hembusan angin menerpa wajahnya yang dingin. Pemuda itu
bernama Rey, ia tidak pernah sekalipun manyapa teman sekalasnya. Jadi
teman-tema dikelasnya beranggapan Rey adalah pribadi yang antisosial. Setelah seminggu
Rey sekelas dengan Bunga masih saja tidak ada perubahan pada sikap Rey.
Hari jumat adalah hari dimana untuk seluruh kaum
Adam yang beragama Islam untuk salat Jumat bersama-sama di surau atau masjid.
Rifki yang dulu sering beribadah tanpa lupa waktu tapi sekarang tidak lagi.
Bahkan wajahnya yang dulu tenang sekarang tidak pernah menyentuh air wudu.
Namun, Rey yang berkepribadian dingin dan awalnya dianggap oleh Bunga bukan
beragama Islam sangatlah taat beribadah. “ Bunga ... lihat Rey salat Jumat kita
lihat yu. Aku masih penasaran sebenarnya benar tidak dia beragama Islam. Bahkan
teman-teman di kelas kita bergosip bahwa Rey anak orang kaya yang berkebangsaan
Amerika”. “Benarkah...” kata Bunga tanggapannya dingin sambil mengambil segelas
air putih disampingnya.
Lagi, angin berhembus. Menghasilkan suara gesekan
tiap daun yang terbawa angin dengan diiringi suara gemuruh tetesan air hujan
yang jatuh ke bumi. “Sudah terlalu sore, tapi hujannya masih belum reda” kata Bunga.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. “Kukira hanya aku saja yang belum
pulang” gumam Bunga sambil melirik Rey yang sedang menatap hujan.
“Kau belum pulang Bunga?” tanya Rey. Sontak Bunga
kaget, ia gelagapan bingung harus menjawab apa. Lalu Bunga hanya tersenyum
dengan warna pucat terlukis diwajahnya. “Tawamu jelek”, Bunga pun merasa kesal dan
tersinggung atas perkataan Rey. Samar-samar Bunga pun mendengar Rey menghela
nafas. “Tawamu jelek karena kau sedang tidak ingin tertawa”, kata Rey. Bunga pun
menatap Rey lalu memalingkan wajahnya lagi. “Kenapa kamu menganggapku berbeda?”,
Bunga pun bingung dan tidak mengerti dengan pertanyaan Rey. “Tempo lalu kamu
pernah mengikutikukan? Untuk mencari tahu aku ini beragama islam atau bukan?”
tanya Rey serius.”Eh ... itu”, Bunga pun berhenti tanpa melanjutkan sepatah
kata pun karena ia sadar bahwa yang dikatakan Rey semuanya benar. “ Aku selalu
memperhatikan kalian terutama kamu. Mungkin aku tidak pandai berkata-kata, tapi
aku adalah pengamat yang baik”. Rey tersenyum dan senyumannya itu membuat Bunga
malu. “Maaf...”, kata Bunga sambil menundukan wajahnya.
“Aku sudah memaafkanmu. Bunga?” seru Rey. “Jangan melihat orang dari warna
kulitnya, karena keyakinan seseorang dilihat dari hatinya”. Bunga pun diantar
pulang oleh Rey karena terlalu malam untuk Bunga pulang sendiri. Sesampainya di
depan rumah, Bunga mengucapkan terima kasih. Lalu Rey berjalan pulang, tapi Rey
langsung berbalik dan memanggil Bunga. “Bunga kau ingat pertanyaanmu pada Bapak
Ustaz malam itu?”, Bunga pun tertegun
lalu menatap Rey.” Bertaaruflah dengan pemuda itu sekarang, karena
pemuda itu sudah yakin bahwa kamu adalah calon pendampingnya”. Pipi Bunga pun
memerah melihat Rey tersenyum simpul. “Assalamualaikum” sahut Rey dan berbalik
meninggalkan Bunga yang menatap punggung Rey lekat.
Cianjur 19 November 2016
IIS ROHMAWATI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar